Minggu, 08 Juli 2012

Renungan (18): Mata Adalah Pelita Tubuh

Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Mat.6:20-24)

Pernyataan Tuhan Yesus pada kalimat di atas merupakan suatu himbauan, nasihat, petunjuk, dan perintah kepada pendengarnya pada waktu itu dan kepada  orang yang membaca Injil pada masa dahulu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Pada kesempatan ini Ia menganjurkan agar orang memperhatikan cara pandang mereka terhadap hidupnya di dunia (yang fana) ini. Cara pandang yang benar adalah yang mengutamakan hidup  rohani, bukan mengutamakan hidup duniawi.

Ada tiga hal yang ditekankan Tuhan Yesus dalam kalimat di atas, yaitu:
1. Jangan mengumpulkan harta di dunia, melainkan di sorga saja.
2. Cara pandang manusia  menentukan apa yang akan dilakukan disepanjang hidupnya.
3. Seseorang harus memilih satu diantara Allah/ sorga atau dunia/ uang, tidak boleh kompromi.

1. Jangan mengumpulkan harta di dunia, melainkan di sorga saja.

Orang kebanyakan memikirkan segala urusan-urusan duniawi lebih penting disepanjang hidupnya dari pada memikirkan urusan rohani. Mereka sangat sibuk memikirkan kekayaan duniawi, hasrat seksual, dan nama ‘baik’; sedangkan kehidupan rohani mereka hanya mendapat perhatian sekedarnya saja, hanya menjadikannya  sebagai pelengkap hidup sehingga sudah merasa cukup apabila sudah melakukan  ibadah di gereja: ikut kebaktian, mengajar sekolah minggu, menjadi majelis atau kegiatan gereja yang lain.

Dari lahir anak-anak  oleh orang tuanya diajar untuk memikirkan hal-hal duniawi, semenjak ia masih belum bisa berbicara, ia sudah diberi pelajaran secara tidak langsung dimana ia mendengar harapan orang tuanya agar  kelak setelah ia dewasa menjadi orang terkemuka dan terhormat, sehingga dapat mengangkat  martabat orang tua, keluarga dan kelompoknya.  Hal ini disebabkan karena orang menilai kesuksesan  dengan uang, semakin banyak uang yang dapat dikumpulkannya maka seseorang dianggap semakin   sukses ; sehingga semua orang berusaha mengejar dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, agar ia mendapatkan kehormatan dan kepuasan hidup. Tetapi pada kenyataannya setelah mereka berhasil mengumpulkan uang yang banyak, mereka tidak menemukan kepuasan yang diharapkannya itu, yang timbul justru hasrat untuk mengumpulkan uang yang lebih banyak dan lebih banyak lagi. Ia tidak pernah merasa terpuaskan sampai akhir hidupnya.
Semenjak orang mengalami akhil balik atau  pubertas,  sepanjang hidupnya ia dipengaruhi oleh daya tarik seksual. Ia mau merawat dirinya, belajar dan berprestasi dalam upayanya untuk mendapatkan perhatian dari lawan jenisnya. Seorang pemudi akan mulai menjaga penampilan dan perilakunya agar dapat menarik perhatian pemuda, demikian pula seorang pemuda berusaha untuk menarik perhatian pemudi-pemudi dengan penampilannya.
Setelah seseorang menjadi dewasa dan ‘mapan’ maka ia mulai membutuhkan ‘ nama baik’, yang akan membedakan dirinya dari orang lain, yang menjadi tanda bahwa ia lebih sukses dan lebih berhasil dari yang lain. Semakin sedikit yang dapat menyamai prestasinya maka ia akan menganggap dirinya lebih sukses dari orang lain. Bahkan terkadang untuk mencapainya beberapa orang diantaranya rela melakukan cara yang tidak etis .

2. Cara pandang manusia  menentukan apa yang akan dilakukan disepanjang hidupnya.

Digambarkan Nya bahwa cara pandang manusia terhadap hidup sebagai ‘mata’, sehingga seseorang yang memilih cara hidup yang benar dikatakan sebagai mempunyai ‘mata yang terang’; dan bagi orang yang demikian maka hidupnya akan menjadi terang pula dan ia akan merasa hidupnya berarti atau berguna. Tetapi seseorang yang mempunyai ‘mata yang gelap’ akan mendapati hidupnya penuh kegelapan, tidak tahu jalan hidup yang benar dan akhirnya akan merasakan hidupnya kurang/ tidak berarti atau menjadi sia-sia belaka.
Orang yang mempunyai ‘mata yang terang’ dan hidup menurutinya, niscaya akan menemukan terang itu dan menjadi ‘anak-anak terang’; karena terang itu  adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri, maka ‘anak-anak terang’ juga adalah ‘anak-anak Tuhan’.

Yoh. 12:35-36 Kata Yesus kepada mereka: “Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi. Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang.” Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka.

Adalah tidak benar bila seseorang yang mengaku sebagai ‘anak Tuhan’, tetapi hidup dengan menggunakan cara pandang yang duniawi, hanya berpikir untuk mengumpulkan uang dan harta dunia sepanjang hidupnya. Karena ia tidak pernah menjadi ‘anak terang’, ia sebenar-benarnya adalah anak kegelapan dan Tuhan Yesus tidak pernah mengenalnya, yang pada hari terakhir nanti akan dikumpulkan bersama anak-anak kegelapan yang lain untuk dimasukan ke dalam lubang gelap yang tidak berdasar, atau kedalam lautan api yang tidak pernah padam.

Mat.7:22-23  Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?  Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Mrk. 9:43  Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan;

3. Seseorang harus memilih satu diantara Allah/ sorga atau dunia/ uang, tidak boleh kompromi.

Orang yang mempunyai ‘mata yang terang’ bisa mengambil keputusan yang tegas dan tidak kompromistis . Ia berani memilih  hidup kekurangan dan menderita, karena ia tidak hidup mengandalkan apa yang terlihat dan dapat dirasakan oleh mata dan indera yang lain, melainkan lebih menggunakan mata batin. Sebab apa yang terlihat ‘baik’ oleh indera mata terkadang bukan merupakan yang baik di ‘mata Tuhan’, bahkan seringkali yang baik menurut pandangan ‘mata manusia’  kebalikan dari yang baik meurut pandangan ‘mata Tuhan’. Banyak hal yang dapat dijadikan contoh dalam kasus seperti ini, yang dapat kita ketahui dari perkataan Tuhan Yesus dalam Injil.


Mat. 18:21-22  Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”  Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
Bila kita perhatikan perkataan Tuhan Yesus di atas jelas diluar nalar atau logika manusia. Tuhan mengajarkan agar orang mau mengampuni orang yang bersalah kepadanya tiada berkesudahan, tetapi nalar manusia berpendapat bahwa mengampuni orang yang bersalah tentu saja ada batasnya. Dan Tuhan mengajarkan agar orang  membalas perbuatan jahat yang dilakukan kepadanya dengan perbuatan baik dan bahkan harus mendoakannya, tetapi  nalar manusia mengatakan bahwa orang membalas perbuatan jahat yang dilakukan terhadapnya dengan perbuatan yang setimpal adalah hal yang wajar dan dapat dibenarkan.


Mat. 5:38-44 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.  Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.  Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Contoh yang lain adalah ketika Tuhan Yesus mengatakan kepada murid-murid Nya bahwa mengikuti Nya harus menderita atau memikul salib Nya, menjadi murid Nya harus mau menyerahkan nyawanya bagi Nya, yang mau menjadi yang terbesar diantara murid-murid Nya harus menjadi yang terkecil dan menjadi pelayan bagi mereka.

Mat. 16:24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

Luk. 14:26-27  “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Mat. 20:26-27  Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;

Dari semua yang diajarkan TuhanYesus di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa mengikut Tuhan tidaklah mendapatkan kenyamanan, kebaikan dan kemudahan dalam menjalani hidup di dunia yang fana ini  seperti yang sering kita dengar di gereja dan di kebaktian kebangunan rohani; tetapi sebaliknya Tuhan mengajarkan bahwa mengikut Dia harus rela menderita. Jelas pengajaran Nya diluar nalar dan logika manusia, tetapi hal ini justru menunjukan bahwa pikiran manusia jauh dari pikiran  Allah. Dengan demikian terbukti bahwa pengajaran Tuhan Yesus  bukan pengajaran hasil pemikiran manusia melainkan dari sorga.

Yoh. 8:37-38  “Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu.”