Rabu, 27 Juni 2012

Renungan (14): Berniaga

Bila kita berbicara tentang ekonomi pasti yang kita pikirkan adalah uang. Hal ini tidak dapat dihindarkan sebab uang adalah alat tukar dalam kegiatan ekonomi, bahkan telah menguasai segala segi kehidupan manusia. Tidak terkecuali dengan orang beriman, juga tidak dapat melepaskan diri dari kegiatan ekonomi dan uang, sebab kita hidup didalam lingkungan dunia yang sudah terpola dan masuk kedalam sistem ekonomi dunia. Agar kita tetap dapat mengamalkan iman maka kita harus mengerti bagaimanakah pandangan Alkitab atau lebih khusus lagi pandangan Tuhan Yesus terhadap kegiatan ekonomi dan uang? Secara eksplisit kita tidak akan menemukan petunjuk mengenai kegiatan ekonomi di dalam Alkitab, karena Tuhan Yesus mengajarkan hal rohani bukan hal jasmani. Tetapi secara implisit kita dapat menggunakan perkataan Tuhan Yesus sebagai dasar dalam melakukan kegiatan ekonomi, sehingga orang beriman yang melakukan kegiatan ekonomi tidak terhambat imannya.
Terdapat beberapa ayat firman Tuhan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan kegiatan ekonomi dan uang yang sesuai dengan kehendak Nya, yaitu:

1)  “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” ( Mat.10:16 )

Perkataan Tuhan Yesus ini mempunyai makna bahwa kita sebagai orang beriman hidup di dalam sistem dunia (yang sangat kejam) harus menggunakan hikmat, agar tidak mudah tertipu oleh segala upaya-upaya licik yang dilakukan oleh orang-orang dunia. Tetapi kita tidak boleh melupakan kejujuran, keramahan, kebaikan, kemurahan, dan persaudaraan. Prinsip ini berlaku pula bagi orang beriman dalam melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola uang. 

Orang dunia menggunakan prinsip “Dengan modal sekecil-kecilnya untuk mendapat laba sebesar-besarnya”, dengan prinsip ini maka semakin kecil modal yang dikeluarkan untuk mendapat keuntungan yang sangat besar dianggap suatu keberhasilan yang diidam-idamkan. Oleh karena itu terkadang untuk mencapai tujuannya tidak segan-segan orang melakukan perbuatan yang tidak pantas; merugikan orang lain, melakukan kecurangan-kecurangan, bahkan ada yang sampai rela bersekutu dengan setan.
Tetapi orang beriman menggunakan prinsip “Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” dengan mengutamakan kejujuran, keramahan, kebaikan, kemurahan, dan persaudaraan, sehingga memberikan peluang bagi pertumbuhan imannya.
Hal ini dapat dilakukan karena sebagai orang beriman , ia tahu bahwa berkat duniawi berasal dari Tuhan  yang memberi  masing-masing orang menurut takarannya sendiri-sendiri, dan manusia tidak dapat mengubahnya, baik untuk menambah atau menguranginya.. Jadi selama orang mau berusaha dan bekerja keras dan tidak malas, maka berkat pasti akan diturunkan kepadanya sesuai dengan takaran yang diberikan Tuhan dengan tidak membeda-bedakannya, apakah orang itu berbuat baik atau berbuat jahat, berkulit putih atau berwarna, tinggi atau pendek, gemuk atau kurus. Karena Tuhan memberikan semua itu berdasarkan kerelaan dan otoritas Nya sendiri. Maka tidak ada alasan  untuk menjadi kuatir karena Tuhan Yesus berfirman bahwa burung-burung diudara pun dipelihara, dan bunga rumput pun dihiasi dengan bunga yang cantik (Mat:6:25-34) apalagi orang yang beriman kepadaNya.
Adalah suatu perbuatan yang sangat bodoh apabila sudah tahu dasar Tuhan memberikan berkatNya itu, lalu berusaha memperolehnya dengan melakukan perbuatan-perbuatan jahat yang dibenci Tuhan.

 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Mat. 6:25-34)

2) Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi. (
Luk.16:9 )

Ini merupakan perintah yang harus dilakukan oleh orang beriman setelah memperoleh berkat duniawi, karena dengan mempergunakan uang untuk perbuatan-perbuatan baik atau perbuatan kasih yaitu dengan membantu orang yang sedang terkena musibah, orang yang meminta pertolongan, dan orang-orang yang kurang beruntung dalam hidupnya, maka kita seperti sedang menabung harta di Sorga. Efek yang kita dapat adalah pada pertumbuhan iman kita, yang pada gilirannya akan menghasilkan buah Roh yang disukai Tuhan.

Luk.16:13 “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Dengan melakukan perintah Tuhan Yesus itu berarti kita tidak memberhalakan uang (mamon), karena itu kita bukan hamba mamon, melainkan menjadi hamba Tuhan. Bukankah sebagai hamba Tuhan kita harus melakukan semua yang diperintahkan Tuhan kepada kita dengan taat dan hati penuh sukacita, sehingga Tuhan berkenan terhadap semua yang kita lakukan bagi Nya.

3)  Lalu kata Yesus kepada mereka: “Kalau begitu berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” ( Luk.20:25 )

Kaisar atau pemerintah adalah wakil Tuhan untuk mengatur manusia yang hidup di dunia. Dan untuk kegiatannya pemerintah membutuhkan dana atau uang yang diperlukan untuk membayar pegawai-pegawainya, dan membiayai sarana dan prasarananya, sehingga tugas pemerintah itu dapat berjalan dengan lancar. 
Pemerintah memperoleh dana berupa pajak yang dikumpulkan dari warga negara yang mampu. Adalah suatu kewajiban bagi seorang warga negara yang beriman untuk membayar pajak kepada pemerintah, karena ini juga merupakan perintah Tuhan Yesus.

Luk.18:24-25 Lalu Yesus memandang dia dan berkata: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Ini merupakan suatu keluhan Tuhan Yesus terhadap orang-orang yang mendapat berkat yang sangat banyak dari Nya namun hatinya melekat pada mamon.
Hal ini terjadi karena orang itu tidak beriman dan atau hidup menurut daging . Jadi seorang yang beriman pun bila hidup menurut daging, hatinya akan melekat pada mamon.

Adalah suatu hal yang sangat sulit bagi seorang kaya untuk hatinya tidak melekat pada mamon, sebab kekayaannya itu sudah merupakan suatu kesenangan dan telah memberikan kepuasan kepadanya. Semakin besar kekayaan yang ia punyai maka semakin kuat pula daya tarik mamon bagi dirinya, sehingga semakin sulit pula ia melepaskan diri dari padanya.
Bilamana seorang beriman hidup dalam Roh niscaya seberapa banyak kekayaan yang ada padanya tidak akan membuatnya terikat pada mamon, sebab hatinya telah melekat pada Tuhan. Bahkan kekayaan yang dimilikinya itu bermanfaat bagi dirinya untuk mendukung pertumbuhan imannya. Karena ia akan selalu ingat perkataan Tuhan, bahwa “manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”  (Mat.4:4).

Renungan (13): Karunia-Karunia Roh Kudus

Didalam Injil terdapat keterangan bahwa mereka yang diutus Yesus Kristus menumpangkan tangan pada orang sakit, orang itu sembuh; Dapat mengusir setan yang merasuk pada orang kesurupan; Diberi makanan beracun tidak mati, atau digigit ular beracun tidak mati (Mrk.16:17-18);  Di dalam Suratnya kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus menyebutkan ada 9 (sembilan) Karunia Roh, yaitu:  karunia kesembuhan, karunia mujizat, karunia membedakan roh, karunia iman, karunia hikmat, karunia makrifat, karunia bernubuat, karunia bahasa roh, dan karunia mengartikan bahasa roh (1 Kor.12:8-10). 

Mrk.16:17-18  Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka. mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.

1Kor.12:8-10  Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang  Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.

Karunia Kesembuhan adalah kemampuan untuk membuat orang sakit sembuh dari sakitnya ketika  menumpangkan tangannya keatas kepala orang sakit.

Karunia Membuat Mujizat adalah kemampuan untuk melakukan mujizat, misalnya mengubah air tawar menjadi air anggur, atau menggandakan ikan dan roti.

Karunia Membedakan roh adalah karunia untuk melihat roh-roh setan dan roh-roh manusia. Dengan karunia Roh ini dapat melihat roh-roh jahat yang masuk kedalam tubuh orang yang kesurupan, dan berkuasa untuk mengusir roh-roh itu keluar dari tubuh orang itu. Dan dapat melihat sejarah masa lalu seseorang, dapat membaca pikiran dan isi hati seseorang sehingga orang tidak dapat membohonginya.

Karunia Iman adalah karunia yang memberikan kemampuan agar dapat menyerahkan seluruh jiwa dan raganya sehingga bila Tuhan menghendakinya untuk menyerahkan nyawanya sekalipun ia tidak menolak.

Karunia Hikmat adalah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi didalam kehidupan manusia, baik yang ada dalam hidup seseorang secara pribadi maupun dalam hubungannya dengan orang lain, atau dengan mahkluk lain atau dengan alam lingkungannya. 
Contoh yang sangat terkenal dari karunia ini adalah Hikmat Salomo, dimana ia dapat memecahkan perselisihan antara dua orang ibu  yang datang kepadanya, dan menentukan ibu yang sebenarnya dari balita yang diperebutkan itu.

Karunia Makrifat/ karunia berkata-kata dengan pengetahuan, adalah kemampuan yang diberikan  untuk mengerti ajaran-ajaran Tuhan dan kehendakNya terhadap hidup manusia. Ajaran Tuhan Yesus adalah KASIH, Tuhan menghendaki manusia untuk mengembangkan sikap penuh kasih. Dengan Kasih orang akan dapat bersabar, mau berkorban, dan penuh perhatian kepada orang lain dan kepada mahkluk ciptaan Tuhan yang lain. 

Karunia Bernubuat adalah suatu karunia untuk berkomunikasi dengan Tuhan, dimana Tuhan bisa berfirman menggunakan mulutnya kepada orang itu sendiri dan kepada orang lain baik perorangan atau orang banyak (jemaah).

Karunia Berbahasa roh adalah karunia untuk berkomunikasi kepada Tuhan dengan menggunakan bahasa-bahasa lain yang tidak dimengerti oleh manusia maupun setan. Yang mengerti hanya roh manusia dan Tuhan. Dengan karunia ini rohnya mengungkapkan perasaan-perasaannya yang terdalam, yang tidak dapat diungkapkan dengan bahasa manusia kepada Tuhan, yaitui keluh-kesah atau puji-pujian kepada Tuhan.
Dan Tuhan juga dapat menyampaikan firmanNya melalui bahasa-bahasa lain itu, yang isinya penghiburan, nasihat, atau teguran. Dalam hal ini perlu diterjemahkan oleh orang yang mempunyai karunia mengartikan bahasa roh, bisa oleh orang itu sendiri atau oleh orang lain.

Karunia Mengartikan bahasa roh adalah suatu karunia untuk mengartikan bahasa-bahasa lain yang tidak dimengerti oleh manusia itu (karunia bahasa roh).
 
Karunia -Karunia Roh diberikan,  mempunyai tujuan untuk memelihara gereja agar dapat bertumbuh dengan subur dan menghasilkan buah Roh yang berlimpah-limpah bagi Tuhan (1 Kor.12:7). Di dalam prakteknya karunia-karunia itu tidak bekerja secara tunggal, melainkan saling terkait. Misalnya karunia bahasa roh akan dilengkapi dengan karunia mengartikan bahasa roh atau dengan karunia bernubuat atau ketiganya bekerja secara bersama-sama. Karunia bernubuat dalam jemaat akan dilengkapi dengan karunia membedakan roh atau karunia kesembuhan atau karunia membuat mujizat. Demikian pula dengan karunia-karunia Roh yang lain. Untuk kepentingan gereja maka adalah suatu keharusan meminta kepada Tuhan Yesus untuk melengkapi jemaat dengan berbagai-bagai karunia Roh itu (Luk.11:13).

1Kor.12:7  Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.

Luk.11:13  Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepadaNya.

Renungan (12): Berserah

Kalimat ini sangat sering kita dengar diucapkan orang-orang beriman dalam percakapan mereka sehari-hari, baik di gereja maupun di luar gereja, di pasar- pasar, di mal-mal, di jalan atau di tempat-tempat lain. Kadang orang mengucapkan perkataan ini tidak memahami maknanya secara jelas, karena “berserah” sering rancu dengan “pasrah”. Padahal bila kita mau menyelidiki maknanya akan kita temukan perbedaan yang cukup jauh, sehingga dalam memahami kalimat “Berserah kepada Allah” mempunyai pengertian yang tepat dan jelas sesuai dengan yang dimaksud dengan pengajaran Tuhan Yesus.

Berserah adalah kata kerja aktif yang bermakna menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah karena percaya, bahwa Allah akan memeliharanya dan memberikan yang terbaik kepadanya. Sedangkan Pasrah adalah kata kerja pasif yang bermakna menyerahkan segalanya kepada Allah karena ia sudah tidak berdaya lagi, atau telah menyerah kalah, tidak dapat melawan lagi. Didalam kerohanian jelas sekali perbedaannya, berserah adalah tindakan iman yang mempersilahkan Tuhan untuk campur tangan dalam hidupnya, sedangkan pasrah adalah ungkapan yang mencerminkan keputus-asaan, bukan karena iman.

Pengajaran Tuhan Yesus mengenai “Berserah“ dapat kita ketemukan dalam Injil, yang pada dasarnya dapat kita bedakan menjadi dua prinsip, yaitu:

Prinsip pertama adalah Hidup Menurut Roh.

Marilah kepadaku , semua yang letih dan lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikul lah kuk yang kupasang dan belajarlah pada Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban Ku pun ringan.
(Mat.11:28-30)  

Ini adalah perkataan Tuhan Yesus yang dengan terbuka mengajak kita untuk datang dan menyerahkan hidup kita kepadanya, dengan janji akan diberikan kelegaan dan ketenangan hidup. Tetapi yang datang kepadaNya akan diberi beban atau kuk, yaitu pelajaran untuk memikul salib atau pelajaran untuk mengendalikan diri sehingga dapat hidup menurut Roh. Adalah suatu beban yang tidak berat bila kita mau datang dengan sukarela dan percaya kepadaNya. Jiwa kita akan menjadi tenang, karena semua persoalan hidup sudah dipercayakan kepada Tuhan dan  percaya bahwa Tuhan akan mengatur segalanya.. Maka tidak ada lagi perasaan kuatir dalam hati dan tidak ada ambisi untuk melakukan segala sesuatu yang diluar kemampuan diri sendiri. Sehingga mampu hidup dengan mengikuti aliran nasib yang telah ditentukan Tuhan. Dalam hal ini bukan berarti bisa bermalas-malasan dan hanya menerima nasib saja, melainkan sebaliknya harus aktif dan rajin bekerja serta mengusahakan pekerjaan itu sebaik-baiknya dan memandang pekerjaan yang kita lakukan itu sebagai suatu persembahan yang memuliakan nama Tuhan Yesus.
Jiwa yang tenang adalah hati yang dipenuhi sukacita damai sejahtera, yang berarti pula telah menemukan harta yang terpendam atau mendapatkan mutiara yang berharga  seperti di dalam perumpamaan yang diceritakan Tuhan Yesus (Mat.13:44-46). Orang yang demikian adalah orang yang telah menemukan kebenaran Kerajaan Allah (Mat.6:33).

Mat. 6:33
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Mat.13:44-46 "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."


Prinsip ke dua adalah Hidup Sehari Saja.
 
Mat.6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.  (Mat.6:34)

Dengan perkataan ini Tuhan Yesus mengajarkan agar tidak berpikir melantur tentang segala sesuatu yang belum diketahui. Bilamana menemukan suatu masalah atau kesulitan haruslah berpikir cukup pada masalah itu saja dan mencari penyelesaiannya, tidak perlu memperpanjangnya dengan pengandaian-pengadaian menurut pikiran / imajinasi sendiri, karena bagaimana yang akan terjadi besok kita tidak tahu dan tidak mempunyai kuasa untuk mengaturnya. Setelah mendapatkan penyelesaian yang terbaik maka harus
dilaksanakan semaksimal mungkin, kemudian menunggu hasilnya dan besok harinya baru dipikirkan lagi bila memang masalahnya belum terselesaikan. 
Banyak orang yang tertipu oleh pikirannya sendiri dan seringkali  suatu masalah menjadi semakin rumit, sehingga harus mengorbankan banyak waktu, biaya dan pikiran yang sebetulnya tidak perlu. Dengan hidup sehari demi sehari maka suatu perkara yang sangat besar bagaimanapun akan dapat terselesaikan dengan mudah, prinsip seperti ini  yang digunakan oleh orang lemah yang  memindahkan barang yang sangat berat, yaitu dengan cara memindahkan barang itu sebagian demi sebagian, sehingga dengan ketekunannya barang dapat dipindahkan tanpa kesulitan yang berarti. Demikian pula halnya dengan persoalan hidup, semua orang yang bersangkutan akan memandang betapa sangat beratnya persoalan hidup yang dihadapinya, tetapi bila ia mau mengerjakannya dengan prinsip ini maka pada waktunya nanti persoalan itu dapat terselesaikan dengan baik.

Banyak orang beriman mengucapkan “Berserah kepada Allah” namun mereka tidak melakukan dua prinsip diatas, sehingga semakin hari menjadi semakin jauh dari Tuhan dan tidak jarang pula yang jatuh ke dalam jerat setan. Mereka meninggalkan Tuhan, bersekutu dengan setan, bahkan ada yang putus-asa dan bertindak nekat membunuh dirinya sendiri. Berserah kepada Tuhan bukanlah sekedar teori atau olah pikir tetapi harus melalui pergumulan iman di dalam praktek kehidupan yang nyata, dimana seorang beriman setelah mengalami pergumulan itu baru akan mengerti, memahami dan menghayati bagaimanakah harus  berserah yang sesungguhnya. Jadi untuk dapat mengerti makna "berserah" seperti yang dimaksud Tuhan, orang beriman harus mengalami dan merasakan terlebih dahulu di dalam hidupnya. Adalah sangat mudah untuk mengucapkan kalimat itu, tapi mengucapkannya dengan mengerti makna yang benar tidak mudah , karena memerlukan banyak pengorbanan, baik uang, waktu maupun perasaan . 


Orang beriman yang mengerti makna berserah dengan benar adalah orang telah menemukan kebenaran Kerajaan Allah, maka ia akan selalu merasakan sukacita damai sejahtera dalam hatinya, dimanapun ia berada dan pada situasi apa saja .

Renungan (11): Perumpamaan-Perumpamaan Tuhan Yesus

Seperti yang sudah kita ketahui dalam Injil, Tuhan Yesus mengajar banyak orang dengan perumpamaan-perumpamaan yang  sangat sulit dimengerti oleh pendengarNya (Mat.13:34-35). Berkenaan dengan itu maka dalam Blog ini saya berusaha untuk memberikan penafsiran yang mungkin akan dapat membantu  saudara seiman untuk memahami ajaran Tuhan Yesus, sehingga dapat menghayati pengajaran Tuhan dan kehendakNya terhadap kita.

Perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus banyak kita jumpai didalam Injil Matius, Injil Markus dan dalam Injil Lukas , tapi tidak kita temukan didalam Injil Yohanes. Dalam Injil Matius ada dua puluh enam perumpamaan, dalam Injil Markus ada tujuh perumpamaan, dan dalam Injil Lukas ada tiga puluh dua perumpamaan. Tetapi diantara perumpamaan-perumpamaan dalam Injil-Injil itu terdapat perumpamaan-perumpamaan yang sama, yang kita temukan dalam Injil matius dan Injil Markus dan atau juga Injil Lukas. walaupun demikian tetap saja perumpamaan-perumpamaan itu mendominasi Injil-Injil. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa perumpamaan -perumpamaan Tuhan Yesus merupakan bagian yang sangat penting dalam Injil ( Khabar Gembira).

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapakah didalam khotbah atau pendalaman Alkitab atau dalam buku-buku tafsir theologia sangat jarang diajarkan atau bahkan tidak pernah dibahas , baik didalam kelas atau forum diskusi. Bilamana hal ini (ternyata) benar maka bukankah Gereja sudah mengurangi berita Injil dan menyalahi Alkitab dimana ada tertulis : ” jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan kitab nubuat ini , maka Allah akan mengambil bagian -nya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis didalam kitab ini “ (Why.22:19).

Dan bahkan Tuhan Yesus sendiri mengatakan : ”Karena Aku berkata kepadamu: sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini , satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat , sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain , ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; . . .” (Mat.5:18-19).

Perumpamaan dalam Injil Matius :
1. Perumpamaan tentang garam dan terang dunia
2. Perumpamaan tentang hal mengumpulkan harta
3. Perumpamaan tentang hal kekuatiran.
4. Perumpamaan tentang menghakimi.
5. Perumpamaan tentang hal yang kudus dan berharga.
6. Perumpamaan tentang hal pengabulan doa.
7. Perumpamaan tentang jalan yang benar.
8. Perumpamaan tentang hal pengajaran yang sesat. .
9. Perumpamaan tentang dua macam dasar.
10. Perumpamaan tentang hal berpuasa.
11. Perumpamaan tentang Yesus dan Beelzebul. .
12. Perumpamaan tentang seorang penabur.
13. Perumpamaan tentang lalang diantara gandum. .
14. Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi.
15. Perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga. .
16. Perumpamaan tentang pukat. .
17. Perumpamaan tentang domba yang hilang.
18. Perumpamaan tentang pengampunan.
19. Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur. .
20. Perumpamaan tentang dua orang anak. .
21. Perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur. .
22. Perumpamaan tentang perjamuan kawin. .
23. Kedatangan Anak Manusia – Perumpamaan tentang pohon ara. .
24. Perumpamaan tentang hamba yang setia dan hamba yang jahat.
25. Perumpamaan gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh. .
26. Perumpamaan tentang talenta.

Perumpamaan dalam Injil Markus:
1. Perumpamaan tentang Yesus dan Beelzebul.
2. Perumpamaan tentang seorang penabur.
3. Perumpamaan tentang pelita dan tentang ukuran.
4. Perumpamaan tentang biji sesawi.
5. Perumpamaan tentang garam.
6. Perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur.
7. Kedatangan Anak Manusia – Perumpamaan tentang pohon ara.

Perumpamaan dalam Injil Lukas:
1. Perumpamaan tentang orang buta .
2. Perumpamaan tentang pohon dan buahnya.
3. Perumpamaan tentang dua macam dasar.
4. Perumpamaan tentang anak-anak yang duduk di pasar
5. Perumpamaan tentang orang yang berhutang.
6. Perumpamaan tentang seorang penabur.
7. Perumpamaan tentang pelita.
8. Perumpamaan tentang hal mengikut Yesus.
9. Perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati.
10. Perumpamaan tentang hal berdoa.
11. perumpamaan tentang Yesus dan Beelzebul.
12. Perumpamaan tentang kembalinya roh jahat.
13. Perumpamaan tentang pelita tubuh.
14. Perumpamaan tentang kekuatiran.
15. Perumpamaan tentang kewaspadaan.
16. Perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah.
17. Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi.
18. Perumpamaan tentang siapa yang diselamatkan.
19. Perumpamaan tentang orang-orang yang berdalih.
20 . Perumpamaan tentang hal mengikut Yesus.
21. Perumpamaan tentang domba yang hilang.
22. Perumpamaan tentang dirham yang hilang.
23. Perumpamaan tentang anak yang hilang.
24. Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur.
25. Perumpamaan tentang hal hamba dan tuan.
26.  Perumpamaan tentang kedatangan Kerajaan Allah.
27. Perumpamaan tentang hakim yang tak benar.
28. Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai.
29. Perumpamaan tentang unta dan lobang jarum.
30. Perumpamaan tentang uang mina.
31. Perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur.
32. Kedatangan Anak Manusia – Perumpamaan tentang pohon ara.

Dari sekian banyak perumpamaan yang Tuhan Yesus berikan, sebagian telah diterangkan arti dan maksud perumpamaan itu oleh Tuhan sendiri, sebagian dapat dimengerti dengan menyimpulkannya, dan sebagian lagi masih sulit untuk dimengerti. Tuhan Yesus berfirman bahwa perumpamaan-perumpamaan itu menjadi rahasia bagi mereka yang tidak beriman kepadaNya, tapi murid -murid Nya diberi karunia untuk mengetahui arti perumpamaan-perumpamaan itu (Mat.13:11).

1. Perumpamaan tentang garam dan terang dunia (Mat.5:13-16), perumpamaan ini mengingatkan bahwa sebagai murid Yesus harus memberikan kesaksian hidup yang baik (seperti garam) dan kebaikan yang telah menjadi sifat dasar murid Yesus itu akan menjadi teladan bagi orang-orang disekelilingnya (seperti terang) sehingga Allah dipermuliakan karenanya..

2. Perumpamaan tentang hal mengumpulkan harta (Mat.6:19-24), perumpamaan ini mengajarkan bahwa sedikit atau banyaknya harta yang ada pada kita tidak menjadi dasar agar dapat berbuat baik dan memberikan kesaksian hidup yang baik.  Karena pada keadaan kekurangan orang dapat memberikan kesaksian hidup yang baik dari kekurangannya, dan orang yang banyak harta belum tentu dapat menggunakannya untuk memberi kesaksian hidup yang baik.  Jadi baik orang yang kekurangan atau yang berkelimpahan mempunyai kesempatan yang samauntuk  memberikan kesaksian hidup yang baik.
Orang beriman yang mempunyai kesaksian hidup yang baik dikatakan sebagai orang yang mempunyai mata yang baik, dan menjadikan matanya sebagai pelita agar dapat sampai kepada Allah.

3. Perumpamaan tentang hal kekuatiran (Mat.6:25-34), perumpamaan ini mengajarkan bahwa dalam menjalani hidup, kita harus berpegang pada iman bukan pada harta dunia. Dengan berpegang pada iman maka segala kesusahan yang kita hadapi dapat kita jalani dengan lebih mudah dan ringan, sehingga dalam keadaan apapun masih ada sukacita damai sejahtera dalam hidup kita, keadaan demikian yang dikatakan Tuhan Yesus bahwa kita telah menemukan Kerajaan Allah dan kebenarannya. Karena Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran , damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus  (Rm.14:17).

4. Perumpamaan tentang hal menghakimi (Mat.7:1-5), perumpamaan ini mengingatkan kita agar  selalu instrospeksi diri dan tidak munafik. Menjauhkan diri dari perasaan paling pintar, paling benar, paling suci, dan paling berkuasa. Bila tidak demikian maka kita tidak akan dapat menemukan Kerajaan Allah dan kebenarannya itu.

5. Perumpamaan tentang hal yang kudus dan berharga (Mat.7:6), perumpamaan ini memberi peringatan kepada kita bahwa janganlah mengajarkan hal Kerajaan Allah kepada orang munafik, yaitu orang yang tampil sebagai orang yang baik dan beriman tetapi dengan tersembunyi tidak segan melakukan perbuatan-perbuatan jahat, ibarat anjing yang kesukaannya memakan muntahannya sendiri dan memakan bangkai yang sudah berbau busuk. Dan orang yang hidup didalam dosa, yaitu orang yang secara terbuka melakukan perbuatan-perbuatan jahat tanpa malu,  ibarat babi yang kesenangannya berkubang dalam lumpur.

6. Perumpamaan tentang hal pengabulan doa (Mat.7:7-11), perumpamaan ini mengajarkan agar kita senantiasa berdoa kepada Allah supaya diberikan sukacita damai sejahtera yang dari sorga. Tetapi orang banyak sudah salah mengartikan pengajaran Tuhan ini, sehingga dalam doa mereka selalu berisi permintaan-permintaan untuk memuaskan keinginan dagingnya, mereka berdoa meminta berkat dunia, meminta jodoh, meminta anak, dan meminta lain-lain yang sifatnya duniawi, sehingga permintaan doa mereka tidak dikabulkan.
Semua yang bersifat duniawi sudah ditentukan Allah Bapa dan sudah diberikan kepada kita menurut kerelaan Nya, kita hanya mengusahakannya saja. Lebih dari pada itu Tuhan menginginkan kita meminta hal-hal yang bersifat rohani yang berguna bagi pertumbuhan iman kita, yaitu Roh Kudus (Luk.11:13).

7. Perumpamaan tentang jalan yang benar (Mat.7:12-14), perumpamaan ini mengajarkan agar kita tidak hidup menuruti keinginan daging melainkan keinginan Roh, sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh , memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera (Rm.8:5-6). Jadi jalan melalui pintu yang lebar dan luas adalah hidup menurut daging sedangkan pintu yang sempit dan sesak adalah hidup menurut Roh.

8. Perumpamaan tentang hal pengajaran yang sesat (Mat.7:15-23), perumpamaan ini memperingatkan kita bahwa beriman bukan hanya percaya, tetapi harus dengan kesaksian hidup yang baik  atau mempunyai buah yang baik. Banyak orang beranggapan bahwa dengan beribadah dan mengikuti kegiatan di gereja, Tuhan berkenan kepadanya. Bila sudah menjadi majelis di gerejanya, Tuhan sudah berkenan kepadanya. Dan bila menjadi pendeta atau gembala jemaat, Tuhan berkenan kepadanya. Anggapan seperti itu adalah anggapan yang keliru, karena Tuhan mengatakan bahwa “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat.7:22-23).

9. Perumpamaan tentang dua macam dasar (Mat.7:24-27), perumpamaan ini memberitahukan bahwa  beriman kepadaNya dengan diiringi kesaksian hidup yang baik  adalah ibarat mendirikan rumah diatas batu, yang tidak akan jatuh oleh angin pencobaan dan roboh oleh banjir berkat duniawi. Dan orang beriman yang mempunyai kesaksian hidup yang baik dikatakan Tuhan Yesus sebagai orang bijaksana yang akan mendapat tempat di dalam Kerajaan Allah.

10. Perumpamaan tentang hal berpuasa (Mat.9:14-17), perumpamaan ini menerangkan bahwa pengajaran Taurat (PL) dan pengajaran Injil (PB) mempunyai kebenarannya sendiri pada masanya. Puasa dalam pengajaran Yohanes Pembaptis adalah untuk membersihkan diri dari dosa, sedangkan puasa dalam pengajaran TuhanYesus adalah untuk mengalahkan kuasa setan dan menerima kuasa Roh Kudus. Dengan demikian adalah tidak mungkin untuk mencampurkan atau menggabungkan dua pengajaran itu, bila dilakukan akan merusakan pengajaran yang lama karena pengajaran PL merupakan gambaran atau sketsa kehendak Allah Bapa. Sedangkan pengajaran Tuhan dan perbuatanNya adalah penggenapan kehendak Allah Bapa. Puasa dalam kenyataannya tidak mungkin dapat menghilangkan dosa manusia, melainkan menjadi simbol hidup dengan menahan hawa nafsu duniawi atau keinginan daging. Kebenarannya adalah bahwa dosa hanya dapat dibersihkan oleh darah Yesus yang tercurah diatas kayu salib melalui iman. Dalam hal ini Tuhan Yesus telah menggenapi pengajaran Yohanes Pembaptis.

11. Perumpamaan tentang Yesus dan Beelzebul (Mat.12:22-37), dengan perumpamaan ini Tuhan Yesus memperingatkan kita untuk percaya bahwa kuasa Roh Kudus  dinyatakan oleh Tuhan Yesus dan kemudian oleh hamba-hambaNya. Dengan mempercayai kenyataan itu maka selanjutnya harus mendengarkan firman apa yang disampaikan kepada kita dan hidup menurutiNya. Bila kita tidak bisa percaya dan menuding kuasa Roh Kudus itu sebagai kuasa setan, maka itu merupakan hujat bagi Roh Kudus, dan itu menjadi suatu dosa yang tidak dapat diampuni, karena sesungguhnya kita tidak akan pernah bertobat dan melakukan kehendak Tuhan.

12. Perumpamaan tentang seorang penabur (Mat.13:1-23), dengan perumpamaan ini Tuhan Yesus memberitahukan bahwa setiap orang yang percaya kepadaNya akan mempunyai pertumbuhan iman yang berbeda-beda, bahkan ada yang kemudian mati imannya. Dan pertumbuhan imannya itu dapat kita ukur dari seberapa sempurna/ matang buahnya itu, yaitu seberapa banyak karakter dari buah Roh itu nyata dalam hidupnya. Karakter dari buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, dan penguasaan diri (Gal.5:22). Jadi pada akhir hidup kita, ketika dipanggil Tuhan, masing-masing kita akan mempunyai raport sendiri-sendiri yang merupakan hasil pelajaran kita mengikut Tuhan Yesus. Yang imannya mati adalah mereka yang meninggalkan Tuhan dan yang imannya tidak bertumbuh adalah mereka yang masih hidup dengan cara lama (masih duniawi) .

13. Perumpamaan tentang lalang diantara gandum (Mat.13:24-30; 36-43), perumpamaan ini menerangkan bahwa tidak semua orang yang datang ke gereja dan mengaku beriman kepada Tuhan Yesus mempunyai hati yang tulus, mereka yang tulus oleh TuhanYesus digambarkan sebagai benih gandum , dan kemudian berbuah Roh. Tetapi banyak diantara mereka yang datang ke gereja dengan motivasi lain, ada yang karena ingin menyenangkan pasangan hidupnya, ada yang karena pacarnya, ada yang karena temannya, ada yang karena saudaranya, ada yang karena anaknya, ada yang karena menantunya, ada yang karena mertuanya, ada yang karena ingin mencari jodoh, ada yang karena ingin mendapatkan pekerjaan dan ada yang karena ingin mendapatkan bantuan atau materi dan lain-lain. Orang yang demikian digambarkan sebagai benih ilalang, mereka tidak akan berbuah Roh.

14. Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi (Mat.13:31-35), perumpamaan ini menerangkan bahwa pertumbuhan Kerajaan Allah mulai dari satu orang yaitu Yesus, yang bertumbuh dan memenuhi seluruh bumi, seperti biji sesawi yang tumbuh menjadi pohon besar. Dan orang tidak menyadari perkembangan Kerajaan Allah seperti halnya perkembangan ragi dalam adonan tepung, tahu-tahu sudah mengkhamirkan seluruh adonan. Orang juga tidak menyadari bilamana mereka mulai beriman kepada Tuhan Yesus.

15. Perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga (Mat.13:44-46), perumpamaan ini menerangkan bahwa seorang yang menemukan sukacita damai sejahtera dari Kerajaan Allah tidak lagi mengganggap penting harta dan semua yang dimilikinya, ia lebih menghargai hal rohani dibanding hal duniawi. Karena Kerajaan Allah adalah tentang hal rohani yaitu tentang kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh kudus(Rm.14:17).

16. Perumpamaan tentang pukat (Mat.13:17), perumpamaan ini memberitahukan  bahwa orang yang percaya kepada Tuhan Yesus tetapi tidak berpikiran rohani dianggap sebagai orang jahat. Dan ahli Taurat atau orang yang berpikiran duniawi tidak akan mengerti pengajaran Kerajaan Allah, karena mereka menganggapnya sebagai hal baru yang sulit mereka terima.

17. Perumpamaan tentang domba yang hilang (Mat.18:12-14), dengan perumpamaan ini Tuhan Yesus memberitahukan bahwa satu jiwa yang dapat diselamatkan sangat berharga dimata Allah. Karena Allah menginginkan semua orang yang percaya dapat diselamatkan dan memperoleh hidup kekal didalam KerajaanNya (Yoh.3:16). Dan mereka yang tidak percaya tidak diperhitungkan Allah sebab mereka tidak dikenalNya (Mat.7:23).

18. Perumpamaan tentang pengampunan (Mat.18:21-35), perumpamaan ini menggambarkan begitu besar kasih Allah kepada manusia dan menyuruh kita mengasihiNya pula, yaitu dengan mengasihi sesama manusia seperti kita mengasihi diri sendiri. Adalah tiada batas pengampunan seseorang kepada sesamanya, karena selama ada kasih didalam diri manusia, maka akan dapat mengampuni saudaranya dengan tulus hati dan tanpa batas.  Tetapi bila tiada kasih maka pengampunan yang diberikan hanya sebatas dibibir saja.

19. Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (Mat.20:1-16), perumpamaan ini menggambarkan kemurahan Allah yang sifatnya mutlak / absolut, kita tidak bisa memprotesNya, apalagi mau mengaturNya. Bahwa setiap orang yang karena nama Yesus meninggalkan semua miliknya maka Tuhan akan menggantinya seratus kali lipat dan juga memberi  hidup kekal, tanpa membeda-bedakan/ memperhitungkan berapa lama mereka mengikutiNya. Karena Allah memberikan hidup kekal kepada mereka pada akhir hidupnya, maka seorang yang mengikut Tuhan sejak masih muda akan menerima upah (hidup kekal) lebih kemudian dari pada yang mengikut Yesus ketika sudah berumur. Tetapi mempunyai kesempatan / waktu lebih banyak untuk melatih dirinya menjadi  sempurna,  dalam iman dan kasih pada sesamanya.

20. Perumpamaan tentang dua orang anak (Mat.21:28-32), perumpamaan ini mengajarkan bahwa sebagai orang yang beriman tidak boleh berlaku munafik, mengaku percaya kepada Yesus tetapi tidak hidup menurut firmanNya. Rajin menghadiri kebaktian di gereja dan menghafal Firman Tuhan tetapi kesaksian hidup dan tabiatnya masih sama dengan hidup manusia lamanya. Karena iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (Yak.2:20).

21. Perumpamaan tentang perjamuan kawin (Mat.22:1-14), perumpamaan ini mengajarkan bahwa untuk masuk kedalam Kerajaan Allah harus mengenakan pakaian yang indah, yaitu kesucian diri yang merupakan hasil dari iman yang diiringi dengan kebajikan. Semua orang dipanggil masuk kedalam Kerajaan Allah tetapi sedikit yang mendapatkannya, karena banyak orang berimantetapi masih hidup dengan  melayani keinginan dagingnya, tidak hidup menurut Roh.

22. Perumpamaan tentang kedatangan Anak Manusia-Perumpamaan tentang pohon ara (Mat.24:29-36), perumpamaan ini memberitahukan tanda-tanda kedatangan Tuhan Yesus yang ke dua, yaitu masa dimana banyak penderitaan dan dunia kacau, tetapi kuasa Kerajaan Allah dinyatakan dengan serentak diseluruh penjuru bumi. Banyak orang beriman dimana-mana melakukan perbuatan ajaib dengan kuasa Roh Kudus (Mat.24:15-28). Setelah itu akan banyak orang-orang beriman yang mencapai kesempurnaan imannya, dan ketika Tuhan Yesus datang banyak orang-orang beriman itu diangkat secepat kilat dan bertemu dengan Tuhan Yesus diudara, seperti burung nazar mengerumuni yang bangkai. Bila ada dua orang atau lebih sedang bekerja atau sedang bersekutu, diantara mereka ada yang diangkat dan lainnya yang tertinggal hanya menyaksikannya. Kejadian itu datangnya sangat tiba-tiba dan tidak terduga, seperti kedatangan pencuri atau kilat, sehingga kita harus mempersiapkan diri senantiasa selagi masih ada waktu untuk menyambut kedatanganNya (Mat.24:37-44).

23. Perumpamaan tentang hamba yang setia dan hamba yang jahat (Mat.24:45-51), perumpamaan ini mengingatkan kepada hamba-hamba Tuhan bahwa hamba yang setia adalah mereka yang menggembalakan domba-dombaNya dengan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab. Dan ketika kedatangan Tuhan Yesus yang ke dua ia akan mendapatkan tempat yang mulia dalam KerajaanNya.
Sedangkan hamba yang jahat adalah mereka yang menggembalakan domba-dombanya dengan berlaku sebagai penguasa yang mengambil kesempatan untuk mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri dan hanya memikirkan kepuasan nafsu dagingnya saja.

24. Perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh (Mat.25:1-13), perumpamaan ini mengingatkan agar kita senantiasa memberikan kesaksian hidup yang baik (pelita) dan hidup menurut Roh Kudus (buli-buli minyak), hal ini dapat sangat efektif bila kita mempraktekkan karunia Bahasa Roh dalam doa penyembahan setiap hari. Karena karunia ini diberikan Tuhan Yesus kepada orang beriman yang berguna untuk membangun iman orang itu sendiri    (1 Kor.14:4).`

25. Perumpamaan tentang talenta (Mat.25:14-30), perumpamaan ini berbicara tentang pelayanan dengan kuasa Roh Kudus. Masing-masing hamba Tuhan mendapatkan Karunia (talenta) yang jumlahnya berbeda-beda menurut seberapa besar kesanggupan hamba Tuhan itu menyerahkan hidupnya. Yang paling besar adalah mau menyerahkan hidup seutuhnya bagi Tuhan, dalam arti tidak menikah bagi Tuhan (Rm.12:1). Mereka yang diberi kuasa yang besar akan mendapat tugas yang besar, dan yang diberi kuasa sedang akan mendapat tugas yang sedang, tetapi yang paling sedikit mendapat tugas  untuk bersaksi. Yang mendapat kuasa yang besar dan kuasa yang sedang dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan dipuji Tuhan,  sedangkan yang mendapat tugas hanya bersaksi tidak menjalankannya dengan baik. Maka yang terakhir ini akan dianggap sebagai hamba yang jahat dan malas. Disamping itu keselamatan yang telah diberikan kepadanya akan diambil dari padanya pula.

26. Perumpamaan tentang pelita dan tentang ukuran (Mrk.4:21-25), perumpamaan tentang pelita berbicara tentang kesaksian hidup yang baik dan pembukaaan Firman Tuhan, dimana kedua hal itu tidak mungkin dapat disembunyikan atau dirahasiakan  untuk dinikmati  sendiri saja. Karena Tuhan Yesus berfirman:”Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma” (Mat.10:8).
Sedangkan perumpamaan tentang ukuran berbicara tentang kesanggupan dan kesungguhan untuk hidup menurut kehendak Tuhan Yesus. Bagi mereka yang mau dan sanggup menyerahkan hidupnya bagi pekerjaan Tuhan akan dipercayakan sesuai dengan kesanggupannya itu.

27. Perumpamaan tentang orang buta / hal menghakimi (Luk.6:37-42), perumpamaan ini memperingatkan bahwa apabila kita tidak melakukan atau mempraktekan firman yang kita peroleh, jangan sekali-kali mengajarkannya kepada orang lain, karena firman Tuhan tanpa dilakukan akan menjadi teori saja. Dan pada akhirnya hanya akan menjadikan orang-orang munafik, yang diluar terlihat beriman dan baik tetapi dengan sembunyi-sembunyi masih suka melakukan perbuatan-perbuatan jahat, yang dimurkai Tuhan.

28. Perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah (Luk.13:6-9), perumpamaan ini memperingatkan para pemimpin atau hamba Tuhan di dalam gereja, bahwa apabila mereka tidak berbuah Roh maka dirinya tidak akan mendapat tempat di dalam Kerajaan Sorga. Dengan demikian berarti keselamatan diberikan kepada kita tidak hanya dengan percaya saja, tetapi juga harus dengan diiringi pembaharuan diri (hidup baru). Ini sesuai dengan pengajaran Rasul Paulus bahwa orang diselamatkan karena iman bukan karena perbuatan baik ( Rm.3:28  Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena melakukan hukum Taurat. Dan Ef.2:8  Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu , tetapi pemberian Allah.) dan pengajaran Yakobus bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (Yak.2:20) dan (Yak.2:22) . . . , bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna

29. Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur (Luk.16:1-9), perumpamaan ini mengajarkan agar kita tidak cinta uang, melainkan menggunakan uang  untuk berbuat kebaikan . Adalah suatu sikap yang bijak bila kita bisa menggunakan uang untuk menolong orang dan menumbuhkan iman, karena banyak orang yang hatinya kemudian melekat pada uang dan menjadi kikir.  Perpuluhan adalah pengajaran gereja untuk melatih jemaat untuk tidak cinta uang, tapi sayang kemudian terjadi pergeseran dan penyelewengan dari ajaran ini, dan menjadi ajarantentang teologi kemakmuran, yang bertentangan dengan pengajaran Injil.  Dan ironisnya Tuhan sudah memperingatkan dengan perumpamaan dalam Injil Lukas, (Luk.6:39) Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh kedalam lobang?

30. Perumpamaan tentang hakim yang tak benar (Luk.18:1-8), perumpamaan ini mengajarkan kepada kita untuk tidak berhenti berdoa meminta pertolongan Tuhan ketika kita berada dalam kesusahan, apapun bentuknya. Karena Tuhan Yesus menjamin bahwa Allah pasti akan menolong kita tepat pada waktunya.
Luk.18:7 Tidakah Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya yang siang-malam berseru kepadaNya? Dan adakah ia mengulur-ulur waktu sebelum menolongnya?

31. Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai (Luk.18:9-14), perumpamaan ini mengajarkan bahwa seseorang yang menyesali kesalahannya dan merendahkan diri dihadapan Tuhan akan dibenarkanNya, sebaliknya Tuhan tidak berkenan kepada mereka yang merasa benar dan merasa sudah melakukan perintahNya tetapi tidak pernah bertobat dengan sungguh-sungguh.
Hampir semua orang berlaku seperti orang Farisi, merasa paling rohani, paling baik, paling benar, paling pintar, paling tahu dan paling segalanya, tetapi  tidak  mengalami hidup baru, tidak mengalami pembaharuan diri, masih menggunakan tabiat lamanya, masih sama seperti sebelum bertobat.

Dari semua uraian tentang perumpamaan-perumpamaan diatas dapat disimpulkan bahwa Tuhan Yesus menghendaki semua orang yang beriman kepadaNya dapat diselamatkan dan mendapat hidup yang penuh sukacita damai sejahtera dari sorga,  sejak masih ada di dunia ini sampai pada kehidupan yang kekal di dalam Kerajaan Sorga. Untuk itu maka Tuhan telah memberikan sarana dan prasarana agar tujuan itu tercapai, yaitu gereja dan Roh Kudus beserta karunia-karunia Roh Kudus.

Gereja adalah sarana yang disediakan Tuhan bagi jemaatnya agar masing-masing orang beriman dapat mengasah kasih diantara sesamanya (Ams.27:17).

Roh Kudus adalah Roh penolong , Roh pembimbing dan Roh penghibur yang diberikan sebagai sarana bagi setiap orang yang beriman, untuk mengajarkan kepadanya akan segala sesuatu dan mengingatkannya akan firman Tuhan (Yoh.14:26).

Karunia Roh Kudus adalah prasarana yang terdiri dari sembilan karunia (1Kor.12:8-10) yang berguna untuk:
1. Membangun gereja, yaitu karunia-karunia yang berfungsi untuk penginjilan, yaitu Karunia kesembuhan, Karunia mujizat, Karunia membedakan roh; dengan karunia-karunia ini orang-orang ditarik untuk percaya dan masuk kedalam gereja.
2. Membangun iman orang percaya secara pribadi, yaitu karunia berbahasa Roh, Karunia bernubuat, Karunia iman; dengan karunia-karunia ini orang percaya diberi kemampuan untuk bertumbuh dan mempertahankan imannya.
3. Membangun jemaat, yaitu Karunia bernubuat, Karunia mengartikan bahasa Roh, Karunia hikmat, Karunia berkata-kata dengan pengetahuan; dengan karunia-karunia ini jemaat diberi pelajaran , bimbingan , teguran, penghiburan dan perintah oleh TuhanYesus sehingga iman jemaat disegarkan dan ditumbuhkan.

Renungan (10): Pernikahan

Perkawinan dalam perspektif Kristen mempunyai kekhususan  tersendiri, karena perkawinan menurut perspektif kristen merupakan dispensasi / kelonggaran yang diberikan Tuhan kepada orang beriman, perkawinan bukan merupakan perintah Allah yang selama ini dipahami oleh orang kebanyakan,  yang  menggunakan dasar ayat -ayat Perjanjian Lama (Kej.1:28; 9:1; 35:11) Karena Perjanjian Lama adalah  hanya gambaran dari kehendak dan rencana Allah terhadap umat Nya. Penggambaran tentang beranak cucu sebenarnya lebih bersifat rohani, dimana Allah menghendaki setiap orang beriman untuk mempunyai keturunan rohani, anak rohani dan cucu rohani. Perkawinan tidak dilarang dengan pertimbangan bahwa bila tidak kawin dapat terbakar oleh hawa nafsunya sendiri (1Kor7:9) yang akan mematikan rohani orang beriman. Sedangkan kehendak dan rencana Nya adalah supaya manusia dapat menguduskan dirinya dan menjadi sempurna seperti Dia, sehingga bisa hidup bahagia bersamaNya dalam Kerajaan Sorga. Maka hukum yang berlaku adalah perkataan Yesus :“Apa yang telah dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diceraikan manusia”(Mat.19:6), karena hanya maut atau kematian yang dapat memisahkan mereka dari pasangannya.

Tuhan Yesus jelas tidak menentang perkawinan, tetapi Ia tidak memberikan sedikit celah pun untuk bercerai bagi perkawinan orang-orang beriman. Sehingga apabila dikemudian hari pasangan itu ada masalah atau ketidak-cocokan diantara mereka, maka mereka harus mau saling mengoreksi diri dan menerima kekurangan pasangannya agar mereka dapat hidup bahagia dan membahagiakan pasangannya. Dalam hal ini jelas pengajaran yang diberikan oleh Tuhan kepada orang beriman, yaitu biarpun mereka tidak dapat memenuhi kehendak Allah secara maksimal, tetapi mereka diharapkan dapat mengalami pertumbuhan iman bersama pasangannya,  sehingga mereka dapat memperoleh keselamatan yang dijanjikan Allah. Bilamana pasangannya meninggal,  yang masih hidup memperoleh kebebasan sebagai orang merdeka. Dan ia bebas memilih apakah hendak mencari pasangan lagi, atau hidup mensucikan diri bagi Allah. Kepada mereka yang mencari pasangan lagi maka hukum yang berlaku adalah “Setiap orang yang menceraikan istrinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah” (Luk.16:18). 

Hukum diatas hanya berlaku bagi orang-orang beriman, dan tidak berlaku bagi orang yang tidak beriman. Bila seorang tidak beriman bercerai dari pasangannya, kemudian ia mengikut Yesus, maka ia dianggap sebagai orang baru dan masa lalunya tidak diperhitungkan. Karena segala dosa dan kesalahannya sudah ditebus oleh kematian dan darah Yesus. Ia bebas kawin dengan pasangan yang dipilihnya.

Jika ada pasangan yang karena sesuatu hal kemudian memutuskan untuk berpisah, maka masing-masing tidak diperbolehkan mencari pasangan lain sebagai penggantinya, selama pasangannya masih hidup.Jika seorang beriman ditinggal mati oleh pasangannya dan mempunyai anak yang masih belum dewasa, maka sebaiknya ia menunda perkawinannya sampai anaknya mandiri, karena anak itu masih menjadi tanggung-jawabnya dan berhak mendapat pemeliharaan dari orang tuanya yang masih hidup. 
Jika seorang tidak beriman yang mempunyai istri lebih dari satu, kemudian percaya kepada Yesus maka ia wajib untuk meninggalkan semua istrinya dan hidup dengan istri yang pertama saja. 
Jika istri yang pertama tidak mau percaya kepada Yesus dan ada diantara istrinya yang percaya kepada Yesus, maka istrinya yang beriman itu boleh menjadi pasangan hidupnya . 
Jika ada lebih dari satu istrinya yang mau beriman kepada Yesus, maka yang menjadi pasangan hidupnya adalah istri yang lebih tua. Sedangkan istri yang diceraikan bebas untuk mencari pasangan hidupnya menurut hukum diatas. 
Demikianlah perkawinan menurut Tuhan Yesus, maka murid-muridNya memilih untuk tidak kawin saja (Mat.19:10).Tetapi menurut Tuhan Yesus orang yang tidak kawin ada tiga sebab, tetapi satu yang dikehendaki Tuhan Yesus, yaitu tidak kawin karena Kerajaan Allah. 
Injil Matius mencatat perkataan Tuhan Yesus didalam pasal 19:12, yang berbunyi:“… Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga.”

Orang yang tidak dapat kawin karena mempunyai cacad pada alat reproduksinya sejak dari lahir, jelas orang demikian tidak mungkin dapat memilih pasangannya, karena tidak akan ada yang mau mengawininya atau dikawininya.

Orang yang tidak dapat kawin karena orang lain, banyak yang menyebabkannya antara lain, karena dikebiri orang lain (hal ini terjadi pada jaman kerajaan, dimana pelayan-pelayan laki-laki di istana raja harus dikebiri, untuk menghindari perjinahan didalam istana, karena raja mempunyai bayak selir). Atau karena terjadi kecelakaan yang menyebabkan alat reproduksinya rusak. Atau karena penyakit yang merusak alat reproduksinya. Atau karena tidak ada yang mau kawin dengannya.

Orang yang tidak kawin karena Kerajaan Sorga, adalah orang yang karena imannya memilih untuk tidak kawin dan menyerahkan hidupnya seutuhnya kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup dan menjadi pelayan /hamba Tuhan.

Pada beberapa abad awal kekristenan  ayat diatas  telah disalah tafsirkan oleh beberapa orang beriman, mereka mengamalkan ayat ini dengan melakukan praktek mengebiri diri sendiri. Tindakan demikian terlalu naif, orang yang mengamalkan ayat di atas itu keliru, karena yang dikehendaki Tuhan adalah kesucian hati bukan perbuatan pengebirian diri. Hal ini sebenarnya sudah diajarkan didalam Perjanjian Lama dengan perintah sunat, yang menjadi tanda bagi bangsa Israel untuk mengingatkan mereka pada perintah Allah agar  mereka tidak melakukan perbuatan zinah. Seorang yang tidak kawin atau yang dikebiri sekalipun bila hidupnya tidak mengalami pembaharuan diri,  keberadaannya tidak akan diperhitungkan  Allah, karena ia dipandang Tuhan sebagai seorang jahat yang harus mendapatkan hukuman kekal. Karena yang dinilai Nya adalah buah Roh yang dihasilkan imannya, yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal.5:22 ).

Seorang yang mempunyai Kasih maka : Ia harus orang yang sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak megahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (1Kor.13:4-7).

Seorang yang mempunyai sukacita, adalah orang yang menjalani hidup dengan hati yang gembira, bergairah, peramah dan murah senyum, dimana ia menjalani hidupnya dengan ringan tanpa tekanan yang berarti, dan tidak merasakan beban yang terlalu berat.

Seorang yang mempunyai damai sejahtera , adalah orang yang selalu bersyukur atas apa yang diperolehnya sebagai berkat dari Tuhan, tidak ambisius, tidak serakah, dan jiwanya selalu dalam keadaan tenang .

Seorang yang mempunyai kesabaran adalah orang yang selalu dapat menunggu segala sesuatu, dapat mengerti kelemahan orang lain dan mempunyai persediaan maaf yang tidak terbatas.

Seorang yang mempunyai kemurahan adalah orang yang selalu mau memberi kepada orang lain, baik waktu, harta benda, maupun hidupnya sekalipun.

Seorang yang mempunyai kebaikan adalah orang yang selalu melakukan segala sesuatu demi kepentingan orang lain dan kebaikan bersama.

Seorang yang mempunyai kesetiaan adalah orang yang tidak mudah berubah pikiran dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang telah diucapkannya sesuai dengan kata hati nuraninya.

Seorang yang mempunyai kelemahlembutan adalah orang yang memperlakukan orang lain dengan penuh kasih dan penuh perhatian.

Seorang yang mempunyai penguasaan diri adalah orang yang dapat menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain dan tidak melakukan segala sesuatu yang dibenci Tuhan.