Senin, 09 Juli 2012

Renungan (19): Yang Terbesar Dalam Kerajaan Sorga


Dasar yang digunakan untuk mengukur yang terbesar dalam Kerajaan Sorga dan dalam Kerajaan Dunia sangat berbeda, sehingga orang yang masih berpikiran duniawi tidak dapat mengerti dan tidak menanggapi/ merespon firman yang didengarnya. Mereka biarpun mendengar tetap tidak mengerti, mereka seperti mendengar suara/ bunyi yang tidak ber makna. Biarpun mereka mendengar pemberitaan firman dan melihat perbuatan mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus dan murid-murid Nya, mereka tetap tidak mengerti atau sadar bahwa perbuatan itu adalah suatu tanda dari Kerajaan Sorga; bahwa orang yang dapat melakukannya bukan orang biasa tetapi adalah utusan Kerajaan Sorga dan yang perkataannya harus diperhatikan.

Kerajaan Sorga mempunyai ukurannya sendiri untuk menentukan seberapa besar kemuliaan seorang beriman yang masuk kedalamnya. Ukurannya adalah ‘Kasih’, karenakemuliaan yang akan diberikan kepadanya adalah sesuai dengan seberapa besar kasih yang dipunyai. Semakin besar kasihnya, semakin besar kemuliaan yang akan diperolehnya. Dan kasih yang terbesar adalah kasih yang rela memberikan nyawanya bagi saudara-saudaranya.

Yoh. 15:13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.

Hal ini nyata dari surat rasul Paulus Kepada jemaat di Korintus, yang memberitahukan bahwa kasih itu itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. (1 Kor.13:4-7)

Orang yang sabar adalah mereka yang senantiasa mau memberi maaf pada orang yang bersalah kepadanya.

Orang yang murah hati adalah mereka yang dengan tulus mau memberikan pertolongan kepada semua orang yang membutuhkan.

Orang yang tidak pencemburu adalah mereka yang merasa senang dengan kesuksesan orang lain, walaupun dirinya sendiri kurang sukses.

Orang yang tidak memegahkan diri dan tidak sombong adalah mereka yang menerima kesuksesan dirinya dengan bersyukur, sehingga tidak lupa bahwa semua itu dikaruniakan Tuhan, bukan semata-mata karena hasil usahanya sendiri.

Orang yang tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri adalah mereka yang senantiasa ingat bahwa Tuhan menyertainya, sehingga ia selalu menjaga dirinya agar dapat hidup sesuai dengan kehendakNya.

Orang yang tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain adalah mereka yang mau memahami kekurangan orang lain dan menerimanya dengan ikhlas.

Orang yang tidak suka dengan ketidakadilan, tetapi karena kebenaran adalah orang yang hidup jujur sesuai dengan hati nuraninya / suara Roh Kudus.

Orang yang menutupi segala sesuatu adalah mereka yang tidak suka membesar-besarkan masalah. Masalah besar akan dibuatnya menjadi kecil, dan masalah kecil akan dibuatnya menjadi bukan masalah.

Orang yang percaya segala sesuatu adalah mereka yang percaya pada janji Tuhan.

Orang yang mengharapkan segala sesuatu adalah mereka yang mengharapkan penggenapan janji Tuhan.

Orang yang sabar menanggung segala sesuatu adalah mereka yang terus menerus mengharap penggenapan janji Tuhan itu walaupun harus mengalami hambatan dan siksaan, baik secara batin maupun secara fisik bahkan sampai rela menyerahkan nyawanya.

Sedangkan dasar yang digunakan oleh Kerajaan Dunia adalah ‘kekuasaan’, semakin besar ‘kekuasaan’ yang dimiliki seseorang semakin besar kemuliaan yang di perolehnya. Dengan ‘kekuasaan’ itu ia dapat bertindak tegas dan bila perlu bertindak kejam terhadap orang yang tidak mau mengakui kemuliaannya itu. Dalam sepanjang sejarah manusia telah nyata, akibat ‘kekuasaan’ itu banyak terjadi perselisihan, pertikaian, perang dan pembunuhan yang membuat alam menjadi rusak dan manusia menderita; sehingga kedamaian tidak pernah terjadi di dunia. Dari dahulu kala sampai sekarang dunia tidak berubah, perselisihan, pertikaian, perang dan pembunuhan masih tetap terjadi; hanya bentuknya saja yang diperhalus dan dikemas dengan hukum, undang-undang dan peraturan-peraturan yang menipu dan yang hanya menguntungkan orang yang mempunyai ‘kekuasaan’.