Rabu, 27 Juni 2012

Renungan (5): Kebahagiaan

‘Kebahagiaan’ adalah kata benda yang melukiskan keadaan yang sangat nyaman, aman, sejuk, sehat dan banyak ungkapan lain yang menyatakan  keadaan yang menyenangkan hati manusia yang hidup di dunia yang fana ini. Banyak orang yang mengejarnya dengan mengerahkan segala daya, pikiran dan kekuatannya untuk meraihnya, namun sedikit sekali (hampir dikatakan ‘tidak ada’) manusia yang kemudian mendapatkannya. Penyebabnya karena banyak orang yang tidak mengerti dengan benar arti kata ‘bahagia’ yang ingin mereka raih itu. Kebanyakan orang membayangkan bahwa bila mereka dapat meraih yang mereka inginkan, mereka akan mendapat kebahagiaan itu. Tapi ternyata ketika dapat meraih keinginannya, mereka tidak merasakan kebahagiaan seperti yang mereka impi-impikan sebelumnya. Ketika itu yang muncul adalah perasaan puas sejenak kemudian perasaan itu menipis yang akhirnya hilang dan timbul keinginan yang baru. Siklus seperti itu terjadi berulang-ulang tiada henti sepanjang masa hidupnya dan baru berhenti setelah ia dipanggil Tuhan. Bila demikian maka apakah arti ‘Kebahagiaan’ yang sebenarnya ?


Untuk mengetahuinya makna yang sebenarnya dapat dicari di Injil; karena Injil adalah ‘khabar gembira’ yang  tidak bersifat sementara waktu saja.
Dalam khotbah di bukit, Tuhan Yesus memberikan sepuluh perintah ‘Berbahagia’  kepada pendengarNya (lihat tulisan tentang Khotbah Di Bukit (10), supaya mereka memperoleh ‘Kebahagian’ sejati yang tidak berkesudahan itu. ‘Kebahagiaan’ itu akan dirasakannya di dunia yang fana ini dan terus berlanjut sampai pada kehidupan di alam baka yang kekal abadi. 


Perintah itu sebenarnya adalah petunjuk tentang cara bagaimana agar manusia dapat memperoleh ‘kebahagiaan’ itu, mulai dari tahap awal sampai pada tahap yang paling sempurna. Tahap awalnya seseorang harus beriman/ percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru Selamatnya. Tanpa melalui tahap awal ini seseorang tidak akan dapat melalui tahap-tahap selanjutnya. Pada tahap yang paling sempurna orang itu harus siap untuk martir demi nama Tuhan Yesus, karena melalui martir ia akan masuk kepada ‘Kebahagiaan’ di dalam Kerajaan Allah.


Dengan demikian maka semua orang yang berpikir bahwa kebahagiaan akan diperoleh dengan mengejar keinginan-keinginan duniawi adalah sesuatu pikiran yang jauh panggang dari api. Karena orang yang mengejar kekayaan duniawi setelah memperolehnya ternyata tidak memperoleh ‘Kebahagiaan’ itu dan keadaan yang demikian secara implisit sebenarnya telah dikatakan Tuhan Yesus dengan perkataan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Mat.19:23-24)


Dalam perkataanNya itu terkandung satu peringatan kepada pendengarNya, bahwa kekayaan duniawi yang dikejar manusia tidak akan memberikan kebahagiaan, karena kebahagiaan sejati hanya dapat ditemukan dalam Kerajaan Sorga. Dan pada kesempatan lain Tuhan Yesus juga mengatakan:
Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakan nya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakan nya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.” (Mat. 6:19-20)


Jadi ‘Kebahagiaan’ bukan sesuatu yang terdapat pada harta duniawi, melainkan sesuatu yang bersifat rohani yang hanya dapat dirasakan di dalam hati, yaitu: perasaan sukacita damai sejahtera yang mengisi setiap relung hati manusia yang sudah memperolehnya. Dan Tuhan Yesus berseru:” Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikul lah kuk yang Ku pasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Mat.11:28-29)
 
Dari ajakan ini sangat jelas bahwa yang ditawarkan Tuhan Yesus dengan kalimat “jiwamu akan mendapat ketenangan” adalah ‘Kebahagiaan’ yang dicari segala bangsa-bangsa sepanjang sejarah manusia. 
Perhatikan juga nasihat raja Salomo yang dikenal sebagai seorang raja yang kaya raya, yang berlimpah-limpah hartanya dan hikmatnya dan tidak ada manusia yang dapat melebihinya, telah berkata: “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.” (Ams.14:30)

Dan juga perkataan Tuhan Yesus : “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” (Luk.11:28)

1 komentar:

  1. Penjabaran dalam tulisan ini bukan hasil pemikiran akali dari penulis tapi merupakan pengajaran dari Tuhan Yesus yang diperoleh melalui nubuat, pembukaan firman, bergaul dan hidup dengan Nya selama lebih dari duapuluh tiga tahun. Penulis hanya berusaha untuk merangkum dan menyusunnya menjadi tulisan-tulisan pendek. Besar harapan bahwa blog ini menjadi berkat bagi para pembaca yang haus akan firman Tuhan. Dan bila berkenan silahkan memberikan komentar, tanggapan, atau pertanyaan sebagai pendalaman terhadap pembahasan firman Tuhan. Penulis mengucapkan terimakasih atas perhatian saudara .Tuhan Yesus memberkati saudara sekalian.

    BalasHapus